Detoks Tubuh dengan Puasa
Siapa sangka ternyata tubuh kita penuh dengan racun. Makanan yang kita konsumsi sehari-hari dan udara yang dihirup setiap saat tanpa disadari menyertakiannikatan-ikatan kimia yang tidak bermanfaat bagi tubuh yang pada kadar tertentu bisa bersifat sebagai racun. Zat racun ini kebanyakan berasal dari bahan tambahan yang terdapat pada makanan olahan, seperti pengawet, pewarna, penstabil makanan, dan penguat rasa. Makanan-makanan yang mengandung dan gula yang tinggi, serta mengandung hormon, pestisida, dan unsur netal (seperti timbal dan merkuri) juga menjadi “pintu” masuknya racun ke dalam tubuh. Sumber racun lain berasal dari polusi udara yang ditimbulkan oleh asap kendaraan maupun asap rokok. Selain itu racun juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui obat-obat kimia. Obat bebas maupun obat resep dokter, sekalipun bermanfaat juga dapat merupakan sumber racun berbahaya.
Begitu banyak racun menghampiri tubuh, mengapa kita masih bisa melakukan aktivitas rutin? Itu karena tubuh memiliki mekanisme yang secara alami dapat membersihkan diri dari racun. Proses berkemih (buang air kecil), buang air besar (BAB), dan berkeringat merupakan bagian dari proses pengeluaran zat-zat sisa yang bila mengendap bisa menjadi racun. Jika sistem pembersih ini bekerja dengan optimal, racun-racun akan tersingkir hingga jumlahnya menjadi minimal dan tidak terlalu mengganggu kerja fungsi organ-organ tubuh yang lain. Namun, bila racun menumpuk terlalu banyak, sistem pembersih akan kewalahan dan tidak bekerja dengan baik. Akibatnya racun-racun tersebut akan merusak pertahanan tubuh dan memicu berbagai penyakit.
Hati si Pembersih
Organ tubuh paling berperan membersihkan tubuh dari racun adalah hati atau liver. Hati tersusun dari sekitar 300 miliar sel yang siap mengontrol proses metabolisme tubuh. Apa pun yang kita makan, minum, hirup lewat udara, serap lewat kulit, semuanya terkumpul dihati. Sel-sel hati ini akan memproses nutrisi dari zat nakanan nebjdi zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Sementara zat-zat sisa hasil metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh diolah sedemikian rupa di hati sehingga dapat dibuang dengan aman. Sebagian racun yang sudah dicerna disalurkan ke pembuluh darah, lalu disaring oleh ginjal dan kemudian dibuang melalui air seni. Zat racun yang lain dibawa oleh cairan empedu yang diproduksi oleh hati.Cairan ini bergerak melaui saluran empedu menuju kandung empedu dan usus untuk kemudian dibuang lewat proses buang air besar.
Hati adalah organ yang multifungsi. Selain menetralkan racun, hati bertugas menyimpan kelebihan gula (glukosa) di dalam tubuh. Ketika tubuh butuh energi, hati akan mengeluarkan cadangan glukosa tadi. Hati juga memproduksi:
- Albumin, protein yang mengatur pertukaran air antara darah dan jaringan.
- Cairan empedu, cairan yang membawa keluar zat tak berguna dan mencerna lemak di usus
kecil.
- Kolesterol, zat yang dibutuhkan sel dalam tubuh.
- Faktor pembeku darah yang dibutuhkan untuk menghentikan pendarahan.
- Globin, bagian hemoglobin pembawa oksigen dalam darah.
- dan faktor-faktor kekebalan tubuh yang bekerja melindungi tubuh dari infeksi.
Beban kerja hati ini akan semakin berat bilamana tubuh sering diberi makanan yang banyak mengandung lemak dan racun. Hati terpaksa bekerja lebih keras agar zat-zat berbahaya dapat dinetralisir dan dibuang dari tubuh. Jika terus-terusan diberi beban berat, dalam jangka panjang hati bisa kewalahan lalu aus atau rusak. Ini akan mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menjadi rapuh dan lemah. Banyak orang ‘kecolongan’ dengan kesehatan organ hatinya, dikira baik-baik saja ternyata sudah rusak parah. Kerusakan hati sering tidak terdekteksi pada tahap awal karena tidak ada gejala khas yang muncul. Hati baru menunjukkan maslah dan menimbulkan keluhan serius bilamana keruakannya sudah sangat parah dengan fungsi hanya tinggal 10 persen. Pada tahap ini organ hati sulit untuk dipulihkan. Pada kondisi final, organ hati mengalami kerusakan menyeluruh, tidak bisa dipertahankan lagi. Untuk memperpanjang hidup, solusinya hanya dengan melakukan tranplantasi hati yang memakan biaya sangat mahal dengan risiko yang sangat tinggi.
Detoksifiksasi
Karena itulah kita perlu memperingan beban hati dengan melakukan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengeluarkan racun atau zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh. Usaha ini dapat dilakukan dengan bernagai cara, salah satunya dengan berpuasa. Puasa membuat kita tidaak makan dan minum selama kurang lebih 14 jam dalam sehari. Rentang waktu ini memberi kesempatan pada hati bekerja lebih baik dan leluasa untuk melakukan pembersihan dan mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
Proses detoksifikasi berlangsung secara bertahap, tidak instan. Organ-organ di tubuh kita sangat kompleks dan tidak bisa menerima pembersihan mendadak secara sekaligus. Puasa selama 30 hari di bulan Ramadhan dianggap sangat ideal untuk proses detoksifiksi karena masa waktunya panjang. Biasanya efek detoks baru terasa pada puasa harim ke tiga. Berpuasa selama 30 hari di buloan Ramadhan dapat menguras racun-racun di dalam tubuh hingga 90%. Kondisi seperti ini dapat meningkatkan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke seluruh sel dan njaringan tubuh, sehingga sel-sel yang sudah rusak bisa memperbaiki diri dan meningkatkan fungsinya secara optimal.
Dengan berpuasa, saluran cerna dan enzim-enzim serta hormon dapat beristirahat sejenak setelah bekerja secara terus-menerus. Efek positifnya, berbagai jenis penyakit semisal diabetes, darah tinggi, kolesterol tinggi, maag, dan lain-lain dapat terkendali dengan baik. Makanya, selain berpuasa di bulan Ramadhan yang hukumnya wajib bagi umat Islam, banyak juga orang yang menjalankan puasa sunat secara rutin di hari-hari selain Ramadhan, seperti berpuasa di hari Senin dan Kamis. Selain berharap pahala mereka juga melakukan demi alasan kesehatan.
Berpuasa dengan Bijak
Supaya betul-betul memberikan efek detokisifikasi yang maksimal, puasa harus dilakukan dengan cara bijaksana. Penting sekali memperhatikan asupan makanan ketika sahur dan berbuka agar puasa dapat dijalankan dengan lancar sehingga memberikan manfaat detoksifikasi yang optimal. Berikut catatan penting ketika hendak detoks diri dengan berpuasa:
1. Perbanyak makan serat di waktu sahur. Sebelum imsak jangan lupa makan buah atau minum susu. Ini akan membantu perut agar tidak cepat lapar.
2. Sewaktu berbuka jangan “balas dendam” dengan makan berlebihan. Pola makan yang keliru saat puasa justru bisa membuat berat badan bertambah dan kolesterol melonjak naik.
3. Berbukalah secara bertahap. Mulailah dengan makanan ringan yang manis. Tenangkan perut sejenak, kemudian lanjutkan dengan makan makanan berat.
4. Puasa rasanya tidak lengkap tanpa hidangan pembuka. Seringkali yang disajikan takjil atau makanan pembuka a dalah kolak yang mengandung santan. Jika tetap ingin mengkonsumsi kolak, pilih yang menggunakan santan encer.
5. Perbanyak minum air putih dan perkuat stamina tubuh dengan mengonsumsi suplemen TIENS, seperti Vitality Capsules dan TIENS Nonitrend di antara waktu magrib sampai imsak.
Kapan Perlu Melakukan Detoksifikasi?
Cukup mudah mengenali tanda-tanda tubuh dipenuhi racun. Bila mengalami salah satu dari taanda-tanda berikut, berarti tubuh memerlukan detoksifikasi.
1. Berat badan bertambah.
2. Muncul selulit di bagian paha dan daerah tubuh lain. Selulit sebenarnya merupakan lemak beracun yang teperangkap di kulit.
3. Alergi sering kambuh, sakit kepala, tekanan darah cenderung tinggi, mkolesterol tinggi, hipoglikemi (gula darah rendah), sindrom kelelahan kronis, ketidak seimbangan hormon.
4. Mengalami gangguan menstruasi dann ketidaksuburan.
Sepuluh Manfaat Detoksifikasi
1. Berat badan turun. Ini efek samping detoksifikasi yang langsung terasa. Berat badan yang baru akan stabil jika detoksifikasi dan pola hidup sehat terus dilanjutkan.
2. Selulit berkurang. Jika racun di dalam tubuh berkurang, biasanya lemak yang terperangkap dalam kulit (selulit) di sekitar pinggul dan paha akan turut berkurang.
3. Kadar kolesterol dan tekanan darah berkurang. Detoksifikasi membuat asupan lemak jenuh dan garam berkurang, sementara asupan buah dan sayuran meningkat.
4. Kulit menjadi lebih cantik. Masalah kulit seperti eksim dan jerawat menjadi lebih ringan stelah detoksifikasi.
5. Miningkatkan vitalitas.
6. Sistem pencernaan menjadi sehat dan proses penyerapan nutrisi bisa efektif.
7. Kesuburan meningkat. Detoksifikasi penting dilakukan bila berencana untuk hamil.
8. Sembuh dari masalah kronis seperti migrain, sembelit, dan stres yang muncul tanpa sebab yang jelas.
9. Sistem kekebalan tubuh meningkat.
10. Membersihkan dan menenangkan pikiran.
Demikian tentang info kesehatan, Detoks Tubuh dengan Puasa. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda yang ingin hidup sehat dengan pola hidup sehat di jaman yang penuh racun di mana-mana. Baik berasal dari makanan, minuman, udara, dan lain-lain. Intinya, dunia saat ini benar-benar beracun. Beruntunglah, Anda yang saat ini menjalankan ibadah puasa. Karena dengan puasa, maka kita akan membersihkan racun-racun yang ada dalam tubuh kita.
Sumber: FOKUS TIENS, Vol.37/Agustus 2011/
artikel cukup lengkap dan menarik dan logis sangat berguna bagi orang lain, yang tidak pas ada titipan tiens-nya ini.
BalasHapusizin untuk share
BalasHapus